DIGITAL KOMPRESOR

Written By Unknown on Rabu, 02 Maret 2011 | 18.27

Kompresor adalah merupakan alat yang memiliki fungsi membuat out-put signal audio menjadi lebih rata, karena alat ini termasuk ke dalam golongan "gain based" yang memberikan keleluasaan untuk mengatur parameter-parameter yang ada semacam threshold, ratio, attack, release dan lain-lain. Di dalam dunia recording-mixing-mastering, alat ini memegang peranan yang cukup penting. Bayangkan saja, saat kita melakukan live-recording dimana masing-masing player tentunya tidak mungkin dapat bermain secara 'rata' mulai dari awal lagu sampai dengan akhir, fluktuasi permainan semacam inilah yang memerlukan pemakaian kompressor pada saat mixing audio/musik.

Dahulu sewaktu hasil rekaman disimpan dalam bentuk pita analog, ketika seorang sound-engineer merekam material audio yang memiliki perubahan dinamika tinggi, maka dia akan menurunkan volume sehingga bagian yang berdinamika kuat tidak sampai mengakibatkan distorsi. Permasalahan yang timbul adalah ketika dia menurunkan volume tersebut, maka bagian yang lembut berada dekat 'noise floor', sehingga tidak terdengar jelas karena tertutup oleh suara mendesis seperti "ssssssssssssssh". Namun dewasa ini dengan menggunakan kompresor, maka seorang SE dapat menstabilkan materi audio sehingga keseluruhan volume dapat diangkat dengan mengurangi tape voice.
Dengan perkembangan tehnologi digital saat ini, maka sekarang alat kompresor ini tidak lagi berbentuk alat analog, melainkan telah mempergunakan tehnologi digital (Digital Compressor). Yang  termasuk ke dalam kategori kompresor ini antara lain:

Limiter: output nya konstan, tidak perduli besar kecil nya signal yang masuk / signal tak diperkenankan melewati threshold yang ada.

Brick Wall Limiter: Limiter yang banyak digunakan pada saat mastering untuk menaikkan volume keseluruhan dari sebuah material audio.

Frequency Selected Compressor: bekerja pada satu band frequency yang telah ditentukan. Contoh nya adalah deesser. Deesser bekerja pada frequency sekitar 5 – 8 kHz dan berguna utk menekan bunyi desis pada vocal

Multi Band Compressor: Banyak digunakan utk mastering. Bisa kita bayangkan bilamana beberapa kompresor dijadikan satu. Yang mana tiap2 kompresor menangani frekuensi atau bandwith yang berbeda secara independent. Tiap bandwith dapat memiliki settingan attack, release , ratio dan threshold yang berbeda juga. Misalnya kita memiliki MBC yang dibagi 3, maka dapat di set: satu untuk meng-kompres frequency rendah, satu utk mid, dan satu lagi untuk high frequency. 

Bilamana dipergunakan dengan baik dan benar, sebagian besar pendengar yang awam tak akan menyadari bahwa kompresor telah digunakan. Telinga manusia cenderung lebih peka terhadap perubahan pitch daripada perubahan amplitude.

Secara garis besar terdapat 5 buah parameter yang dapat di adjust  dalam setiap perangkat kompresor ini, yaitu: threshold, ratio, attack time, release time, dan output/gain.

Threshold adalah starting point dimana dapat  memfilter  sebuah signal  audio untuk dapat atau tidaknya melewati titik ini, atau dapat dikatakan sebagai batasan kapan si kompresor akan mulai bekerja. Kita lah yang menentukan threshold ini. Sebagai contoh, apabila threshold di set pada -20 dB, maka semua signal yang melewati -20 dB akan di-proses (dikompres). Signal yang tak melewati angka - 20 db tersebut tidak akan di proses.

Ratio adalah perbandingan atau jumlah dari kompresi yang akan dikenakan kepada signal audio yang telah melewati batas threshold. Misalkan ratio di set pada perbandingan 3:1 dan threshold -20 dBFS. Apabila signal berada pada -14, berarti melewati threshold dengan jumlah 6 dB. Lalu akan di kompress dengan perbandingan 3:1. Maka akan kita dapat hasil 2 db.  Nah, angka ini yang akan  ditambahkan pada threshold kita yang -20 tadi. Hasil akhir nya adalah -18 dB.

Attack time berfungsi untuk menentukan seberapa lama nya si kompresor “menunggu sebelum mulai bekerja” setelah ia mendeteksi ada nya signal yang telah melewati threshold. Bilamana attack time kita set pada mode "fast", maka compressor akan melihat dan bereaksi pada hampir setiap signal yang melewati threshold. Sebaliknya bilamana kita set pada mode "slow", maka kompresor tidak akan bereaksi terhadap signal yang berdurasi pendek atau singkat.

Release time  ini menentukan berapa lama nya si kompresor “menunggu sebelum ia berhenti bekerja” setelah ia mendeteksi bahwa signal audio sudah tak lagi berada di atas threshold. Bisa juga diartikan sebagai waktunya sebelum kompresor kembali ke posisi normal (saat sebelum dia bekerja).

Make up gain, atau output, ketika sebuah signal di kompres, maka otomatis amplitude nya akan berkurang. Output ini berfungsi untuk menambah “Gain” dari signal audio yang telah di kompres tadi.

Pada beberapa software kompresor memiliki settingan yang disebut 'Hard Knee' atau 'Soft Knee'. Perbedaan nya adalah, pada hard knee, ketika signal masih di bawah threshold, maka kompresor tidak akan bekerja sama sekali. Begitu melewati threshold, maka kompresor akan langsung bekerja. Pada soft knee, ketika signal mulai mendekati threshold maka kompresornya sudah mulai bekerja.

Beberapa kesalahan yang banyak ditemui pada saat setting kompresor adalah :
  • Threshold nya di set ke 0
  • Ratio di set ke 1
  • Attack terlalu besar saat meng-compress instrument perkusi
Cara cepat utk mengeset kompresor :
  • Set Ratio 3:1
  • Set Attack Time 12 ms, Release Time 50 ms atau Auto
  • Perlahan-lahan turunkan threshold nya sehingga didapat Gain Reduction antara 4 s/d 8 dB ( tergantung jenis instrument nya ).
Selamat bereksplorasi, semoga sukses.

0 komentar:

Posting Komentar