tag:blogger.com,1999:blog-55375640554928122852024-03-05T01:41:47.227-08:00MUSIK DIGITAL 67Blog ini ter-afiliasi dengan www.dolananmusik.blogspot.comAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-40841328691916588552011-04-02T04:36:00.000-07:002011-04-03T06:05:54.699-07:00MUSIK DIGITAL : BIKIN MUSIK TANPA ALAT MUSIK (1)<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcwMeGEluSxrbA_uqYD_ftHZgJoxBxE44auAhTBYABqzllnU-d2WkKPlz4DDnTNMua3ZrjDu-pM-GMinu6rB1UmPcqTHL5cN7EbUsd2tWxt0PObDZTIOLYNdYVnz2BzVz7YiXks6E15EA/s1600/pecah-5-track-wav.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcwMeGEluSxrbA_uqYD_ftHZgJoxBxE44auAhTBYABqzllnU-d2WkKPlz4DDnTNMua3ZrjDu-pM-GMinu6rB1UmPcqTHL5cN7EbUsd2tWxt0PObDZTIOLYNdYVnz2BzVz7YiXks6E15EA/s200/pecah-5-track-wav.jpg" width="200" /></a><b>B</b>ikin musik tanpa alat musik ? Sepertinya hal ini merupakan sesuatu yang mustahil, tetapi pada faktanya di era <b><a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">digital musik</a></b> dewasa ini, semuanya itu bukan merupakan hal yang mustahil. Bahkan cenderung mudah untuk dilaksanakan. Kunci utamanya adalah kita harus memiliki seperangkat alat 'komputer-<b>musik</b>' <i>(yang di dalamnya telah terinstall software <b>digital-musik</b>) </i>lengkap dengan peralatan-peralatan pendukungnya, seperti sound-card, flat monitor system, keyboard-controller <i>(bukan keyboard untuk pentas musik lho ...)</i>, dan yang penting adalah kita harus dapat mengoperasikan komputer <i>(syarat mutlak)</i>.</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;">Setelah semuanya ada ..., terus bagaimana .. ? Oke, buka dulu 'hostware'-nya, saya sebut host-ware karena semua pengerjaan <a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">musik-digital</a> ini dikerjakan di sana. Host-ware ini bisa berupa Cubase, Nuendo, Pro-Tools, Fruitty-Loops atau yang lainnya. Kemudian buat minimal 5 track <i>(bisa lebih tergantung kebutuhan) </i>yang nantinya dipergunakan untuk track drum, track bass, track gitar, track keyboard dan track vokal.</div><div style="text-align: justify;">Tentukan dahulu tempo atau beat dari musik-digital kita <i>(berapa bpm)</i>, proses selanjutnya adalah merekam masing-masing alat musik-digitalnya. Untuk instrument drum bisa digunakan software EZDrummer, BFD Drum, Addictive Drum atau yang lainnya. Untuk bass-gitar bisa dipergunakan software Virtual Bassist, Trilogy atau sample bass yang ada di Sample-Tank atau Hypersonic. Untuk gitar <i>(akustik), </i>keyboard, piano <i> </i>dan<i> </i>elektrik gitar<i> (atau instrument lainnya)</i> dapat dipergunakan Real-Guitar, Virtual-Guitarist, The Grand (piano), Korg M-1 (untuk synthesizer) atau sample-sample yang telah terdapat pada Sample-Tank atau Hypersonic. Terakhir, untuk karakter string dapat dipergunakan software Edirol atau sample-sample yang telah terintegrasi dalam Sample Tank atau Hypersonic.</div><div style="text-align: justify;">Jadilah sudah musik-digital kita, tinggal bagaimana kita dapat berkreasi serta memanfaatkan kemudahan-kemudahan ini.<br />
Tambahan, untuk merekam vokal, sebaiknya kita gunakan Condenser Mic, supaya hasilnya jernih dan detil-detil suara sang vokalist dapat terrekam dengan baik<br />
<br />
Silahkan anda baca juga <b><a href="http://www.oocities.org/sidiknugroho/musik_digital.htm">Bermain dengan Musik Digital</a></b>. </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-39480658126658577942011-03-25T04:07:00.000-07:002011-04-24T08:49:28.792-07:00MUSIK DIGITAL "SUMBANG" BENCANA JEPANG<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmdr_p8Y3PabnlNH31EXSPM5g3pkY-z-sT07vznx23Anl1Q7VVNd_A6yAaKozDBhL4qTuYao8v-l7gwsCAqOwtZvOppAOK_ykUnBNG1m1RY6-1k4OmGLkxMc8Un4levnt-yQqwGK1HQtY/s1600/sumbang_jepang.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmdr_p8Y3PabnlNH31EXSPM5g3pkY-z-sT07vznx23Anl1Q7VVNd_A6yAaKozDBhL4qTuYao8v-l7gwsCAqOwtZvOppAOK_ykUnBNG1m1RY6-1k4OmGLkxMc8Un4levnt-yQqwGK1HQtY/s320/sumbang_jepang.jpg" width="320" /></a><b>Musik Digital</b> atau <i><b><a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">digital musik</a></b></i> menyumbang bencana Jepang ? Bagaimana ini ? Apa ya mungkin terjadi ? Inilah satu pertanyaan yang muncul ketika aku melakukan blogwalking dan menemukan sebuah artikel yang membahas tentang hal tersebut. Sebenarnya proses sumbang-menyumbang ini tidak <i>'otomatis-langsung'</i> begitu, karena <b><a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">musik digital</a></b> ini adalah merupakan suatu hal yang abstrak atau dengan kata lain <b>musik digital</b> atau <b>digital musik</b> ini adalah merupakan sebuah tehnologi terobosan di dalam dunia musik. <b><a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">Musik Digital</a></b> itu sendiri sangat memudahkan serta mempercepat proses pembuatan sebuah lagu <i>(bisa juga album)</i> mulai dari 'nol' <i>(recording, tracking)</i>, mixing, mastering sampai dengan proses 'distribusi'nya tidak membutuhkan waktu yang lama. Wouw .... mantap juga yah .... ?</div><div style="text-align: justify;">Kembali kepada topik awal perihal musik digital 'sumbang' bencana Jepang, bagaimana prosesnya yah ?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Mau tahu jawabannya ? Silahkan aja langsung menuju TKP !</div><a href="http://chorddigital.blogspot.com/2011/03/format-digital-musik-sumbang-jepang.html" target="_blank"><img border="0" src="http://img863.imageshack.us/img863/8852/bacaselanjutnya.png" /></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-51253796512777657032011-03-24T08:33:00.000-07:002011-03-27T08:48:17.119-07:00PENGETAHUAN DASAR MUSIK DIGITAL<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw_5OoUIVsr-_nUKaRsaS1HO1GcGZm1cBlcEqcaaLCFLeFC8QdY1pS5Cz807M2NAbkretLHM5XrPrvViP4B3kbMlaHSFi2-Qv9DA8lO-1YazYc0VseZCqCSSLeBrZNevqDsFrj-shmhvg/s1600/DNA.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw_5OoUIVsr-_nUKaRsaS1HO1GcGZm1cBlcEqcaaLCFLeFC8QdY1pS5Cz807M2NAbkretLHM5XrPrvViP4B3kbMlaHSFi2-Qv9DA8lO-1YazYc0VseZCqCSSLeBrZNevqDsFrj-shmhvg/s200/DNA.jpg" width="168" /></a><b>Musik Digital</b> pada dasarnya adalah berupa harmonisasi bunyi yang dibuat melalui perekaman dari alat-alat musik analog (konvensional) atau alat-alat musik digital (yang dibuat dengan bantuan komputer) yang disimpan dan diproses dengan media berbasis tehnologi komputer. Format digital ini dapat menyimpan data dalam jumlah besar, jangka panjang dan berjaringan luas. <b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Musik Digital</b> ini sendiri mengalami perkembangan dari masa ke masa yang dimulai dengan piringan hitam sampai kepada CD ataupun MP3 file. Saat ini Musik Digital itu sendiri telah berkembang sedemikian rupa sampai kepada hanya berupa suatu file (musik) yang dapat diperdengarkan dalam format MIDI ataupun menggunakan IPod.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
<a name='more'></a><br />
<b><span class="mw-headline" id="Musik_Digital_sebagai_Inovasi_Baru">Musik Digital sebagai Inovasi Baru</span></b><br />
<div style="text-align: justify;">Inovasi baru di bidang musik adalah <b>Musik Digital</b>, dengan format MP3, OOG, atau WAV <b>Musik Digital </b>mulai mengeluarkan gaungnya. Banyaknya pemutar <b>Musik Digital</b> yang mendukung format ini membuat era baru <b>Musik Digital</b>. Misalnya kalau sebelumnya, musik di-ripped- istilah untuk ekstraksi audio digital – dan terperangkap di PC dan Mac dengan aplikasi semacam iTunes. Kini dengan hadirnya iPod sebagai peranti musik portable canggih yang pernah diciptakan, terjadi perpaduan kenyamanan web dengan portabilitas dan fungsi sebagai sebuah platform yang benar-benar universal. Hal lain yang mendukung transformasi media sang <b>Musik Digital</b> adalah tindakan label-label besar yang meninggalkan sistem proteksi <b>Musik Digital</b> atau digital right management (DRM). Sampai tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/2007" title="2007">2007</a> lalu, label-label besar masih tidak yakin penghapusan DRM akan mendongkrak penjualan album karena tanpa hal tersebut <b>Musik Digital</b> dengan bebas didisribusikan di antara konsumen yang berarti tak ada pemasukan untuk label.</div><h2 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Elemen_Pendukung">Elemen Pendukung</span></h2><div style="text-align: justify;">Ada beberapa situs yang menyediakan lagu yang dapat diunduh secara langsung (gratis) atau berbayar. Lagu yang ditawarkan berformat digital. Misalnya situs www.napster.com yang cukup digandrungi kala itu namun harus berakhir karena dianggap melanggar hak cipta. Ada pula Insound, Rhapsody, dan Apple iTunes Music Store, Lala.com, mdu04522.com dan lain sebagainya. Selain itu di Indonesia kini ada pula Toko Musik Digital secara online misalnya equionxdmd dan Import hingga Digital Beat Store.</div><h2 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Keunggulan">Keunggulan</span></h2><div style="text-align: justify;">Musik dalam format digital ini memiliki beberapa keunggulan dibanding musik dalam medium konvensional, yaitu :</div><ul style="text-align: justify;"><li>format yang beragam dapat disesuaikan dengan teknologi yang digunakan</li>
<li>kualitas copy yang serupa dengan master memudahkan penggandaan dari pihak perusahaan rekaman tanpa menurunkan mutu</li>
<li>proses penjualan dengan pendekatan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Single&action=edit&redlink=1" title="Single (halaman belum tersedia)">single</a> atau satu lagu terbukti jauh lebih efektif dan efisien ketimbang medium konvensional seperti kaset atau CD</li>
</ul><h2 style="text-align: justify;"><span class="editsection"></span> <span class="mw-headline" id="Kekurangan">Kekurangan</span></h2><div style="text-align: justify;">Dengan segala kelebihannya, <b>Musik Digital</b> memiliki beberapa kekurangan juga yaitu :</div><ul style="text-align: justify;"><li>kemudahan perekaman dan penggandaan rekaman memacu terjadinya pembajakan yang tentu saja akan merugikan.</li>
<li>penyebaran <b>Musik Digital</b> di Internet tidak bisa sepenuhnya dikontrol oleh label sehingga mempengaruhi pemasukan untuk label.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sejarah singkat perkembangan <b>Musik Digital </b>adalah sebagai berikut :</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><h3 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Piringan_Hitam_diputar_dengan_Gramophone"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Piringan_Hitam&action=edit&redlink=1" title="Piringan Hitam (halaman belum tersedia)">Piringan Hitam</a> diputar dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gramophone&action=edit&redlink=1" title="Gramophone (halaman belum tersedia)">Gramophone</a></span></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ZL5eZ_VNRus9fQZOCEyDcMXZ1OYnOQJO6Zlj0rYmVlGeDntppJ7xtJ761wWOX2g5Qzc46DPFKKpmgXYTEOaND0lrV7zU-2_89ObnIaT3scXaj28xsF_W_UW-rRgFQYT6HLjZtjxgjPhO/s1600/Gramaphone1.JPG" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ZL5eZ_VNRus9fQZOCEyDcMXZ1OYnOQJO6Zlj0rYmVlGeDntppJ7xtJ761wWOX2g5Qzc46DPFKKpmgXYTEOaND0lrV7zU-2_89ObnIaT3scXaj28xsF_W_UW-rRgFQYT6HLjZtjxgjPhO/s200/Gramaphone1.JPG" width="182" /></a></div><h3 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Piringan_Hitam_diputar_dengan_Gramophone"> </span></h3><div style="text-align: justify;">Awalnya, piringan hitam merupakan sebuah alat yang memiliki pena yang bergetar untuk menghasilkan bunyi dari sebuah disc. Ide ini berasal dari Charles Cros dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perancis" title="Perancis">Perancis</a> pada tahum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1887" title="1887">1887</a>. Namun sayangnya tidak pernah terwujud. Pada tahun yang sama, Thomas A. Edison menemukan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Phonograph&action=edit&redlink=1" title="Phonograph (halaman belum tersedia)">Phonograph</a> (pemutar piringan hitam) yang berfungsi untuk merekam suara yang kebanyakan digunakan untuk keperluan kantor. Nama Gramophone berasal dari Emilie Berliner yang pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1888" title="1888">1888</a> menemukan piringan hitam jenis baru dan mematenkannya di bawah label Berliner Gramaphone. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1918" title="1918">1918</a> masa pematenan berakhir, semua label pun berlomba-lomba untuk memproduksi piringan hitam. Pada masa itu, kebanyakan pemilik gramophone masih terbatas pada kalangan menengah atas saja.</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><h3 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Kaset_diputar_dengan_tape.2C_walkman"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kaset" title="Kaset">Kaset</a> diputar dengan tape, walkman</span></h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioeO3XKIgKWiNquMWRbIMu5DYRIRmSiyAcoehISamQywOjcYhP3ohdWuZnY8PbRGDN6-c8XfhT_2cUrmVmGEDlOYj8DnBhqPaE1pLv0gVlLKUq24F5eeKnSBYJEtu5ErhceoyAnE5jNPXf/s1600/kaset.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioeO3XKIgKWiNquMWRbIMu5DYRIRmSiyAcoehISamQywOjcYhP3ohdWuZnY8PbRGDN6-c8XfhT_2cUrmVmGEDlOYj8DnBhqPaE1pLv0gVlLKUq24F5eeKnSBYJEtu5ErhceoyAnE5jNPXf/s200/kaset.png" width="191" /></a></div><h3 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Kaset_diputar_dengan_tape.2C_walkman"></span></h3><div style="text-align: justify;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compact_audio_cassette&action=edit&redlink=1" title="Compact audio cassette (halaman belum tersedia)">Compact audio cassette</a> diperkenalkan oleh Philips sebagai media penyimpanan audio di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a> pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1963" title="1963">1963</a>. Kemudian pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1965" title="1965">1965</a> mulai diproduksi secara massal. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1971" title="1971">1971</a>, Advent Corporation memperkenalkan Model 201 tape deck yang mengkombinasikan Dolby Type B dan chromium dioxide (Cr02). Inilah cikal bakal music cassette player. Tahun 1980an muncul Walkman dari Sony sebagai media <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemutar&action=edit&redlink=1" title="Pemutar (halaman belum tersedia)">pemutar</a> kaset portable. Pita kaset dapat merekam lagu dengan durasi hingga 1 jam di setiap sisinya. Kualitasnya cukup baik namun kerap kali terjadi penurunan kualitas suara yang dihasilkan ketika pita kaset mengalami gangguan, kotor atau rusak.</div><h3 style="text-align: justify;"> <span class="mw-headline" id="CD.2C_VCD.2C_DVD_diputar_dengan_CD_player.2C_discman">CD, VCD, DVD diputar dengan CD player, discman</span></h3><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBigxEFQjATxkGKyxr7T6POx-GQcDfGPBMqpShiDbCwU_kFgJwxYZMCywlAmynVd9jNSUatlFmVMUNlBByOI_o6Jo8RhoTo0R38YAwGr5aC2V8cSI-Q2MOh_ngzsxzjiwPAni6Evt1XmKf/s1600/cdcover_350.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBigxEFQjATxkGKyxr7T6POx-GQcDfGPBMqpShiDbCwU_kFgJwxYZMCywlAmynVd9jNSUatlFmVMUNlBByOI_o6Jo8RhoTo0R38YAwGr5aC2V8cSI-Q2MOh_ngzsxzjiwPAni6Evt1XmKf/s200/cdcover_350.jpg" width="200" /></a></div> CD dibuat dalam usaha merampingkan media penyimpanan musik dengan memperbaiki kualitas suara yang dihasilkan. Pada November <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1984" title="1984">1984</a>, dua tahun setelah CD diproduksi secara massal, Sony mengeluarkan Discman sebagai media pemutar portable. Musik dalam format CD, VCD maupun DVD memiliki kualitas suara yang lebih baik tetapi tetap mengalami gangguan jika disc tersebut tergores, berdebu ataupun rusak.</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;"></h3><h3 style="text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Musik_Digital_diputar_dengan_MP3_Player.2C_iPod">Musik Digital diputar dengan MP3 Player, iPod</span></h3><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixrzXOQHSXEI2cxfb2PpKZBixqM5RDixdAa3WLt3jZn210wRKd2kaJsx4Q_k8CMhhdXIQ11XL3ENdUMwOl-eliWvsnUdXZXc589sSHvneO8Cp7TrZZ-26UYtm3mLATif8eWm0mK1HGsaN1/s1600/mp3-player.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixrzXOQHSXEI2cxfb2PpKZBixqM5RDixdAa3WLt3jZn210wRKd2kaJsx4Q_k8CMhhdXIQ11XL3ENdUMwOl-eliWvsnUdXZXc589sSHvneO8Cp7TrZZ-26UYtm3mLATif8eWm0mK1HGsaN1/s200/mp3-player.jpg" width="200" /></a></div>Musik Digital menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sinyal" title="Sinyal">sinyal</a> digital dalam proses reproduksi suaranya. Sebagai proses digitalisasi terhadap format rekaman musik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Analog" title="Analog">analog</a>, lagu atau musik digital mempunyai beraneka ragam format yang bergantung pada teknologi yang digunakan, yaitu :</div><ul style="text-align: justify;"><li>MP3</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=MP3_%28MPEG,_Audio_Layer_3%29&action=edit&redlink=1" title="MP3 (MPEG, Audio Layer 3) (halaman belum tersedia)">MP3 (MPEG, Audio Layer 3)</a> menjadi format paling populer dalam musik digital. Hal ini dikarenakan ukuran filenya yang kecil dengan kualitas yang tidak kalah dengan CD audio. Format ini dikembangkan dan dipatenkan oleh Fraunhofer Institute. Dengan bitrate 128 kbps, file MP3 sudah berkualitas baik. Namun MP3 Pro-format penerus MP3-menawarkan kualitas yang sama dengan bitrate setengah dari MP3. MP3 Pro kompatibel dengan MP3. Pemutar MP3 dapat memainkan file MP3 Pro-namun kualitas suaranya tidak sebagus peranti yang mendukung MP3 Pro.</div><ul style="text-align: justify;"><li>WAV</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/WAV" title="WAV">WAV</a> merupakan standar suara de-facto di Windows. Awalnya hasil ripping dari CD direkam dalam format ini sebelum dikonversi ke format lain. Namun sekarang tahap ini sering dilewati karena <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/File" title="File">file</a> dalam format ini biasanya tidak dikompresi dan karenanya berukuran besar.</div><ul style="text-align: justify;"><li>AAC</li>
</ul><div style="text-align: justify;">AAC adalah singkatan dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Advanced_Audio_Coding&action=edit&redlink=1" title="Advanced Audio Coding (halaman belum tersedia)">Advanced Audio Coding</a>. Format ini merupakan bagian standar Motion Picture Experts Group (MPEG), sejak standar MPEG-2 diberlakukan pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1997" title="1997">1997</a>. Sample rate yang ditawarkan sampai 96 KHz-dua kali MP3. Format ini digunakan Apple pada toko musik online-nya, iTunes. Kualitas musik dalam format ini cukup baik bahkan pada bitrate rendah. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/IPod" title="IPod">iPod</a>, pemutar musik digital portabel dari Apple, adalah peranti terkemuka yang mendukung format ini.</div><ul style="text-align: justify;"><li>WMA</li>
</ul><div style="text-align: justify;">Format yang ditawarkan Microsoft, Windows Media Audio (WMA) ini disukai para vendor musik online karena dukungannya terhadap Digital Rights Management (DRM). DRM adalah fitur untuk mencegah pembajakan musik, hal yang sangat ditakuti oleh studio musik saat ini. Kelebihan WMA lainnya adalah kualitas musik yang lebih baik daripada MP3 maupun AAC. Format ini cukup populer dan didukung oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peranti" title="Peranti">peranti</a> lunak dan peranti keras terbaru pada umumnya.</div><ul style="text-align: justify;"><li>Ogg Vorbis</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ogg_Vorbis" title="Ogg Vorbis">Ogg Vorbis</a> merupakan satu-satunya format file yang terbuka dan gratis. Format lain yang disebutkan di atas umumnya dipatenkan dan pengembang peranti lunak atau pembuat peranti keras harus membayar lisensi untuk produk yang dapat memainkan file dengan format terkait.</div><div style="text-align: justify;">Dari segi kualitas, kelebihan Ogg Vorbis adalah kualitas yang tinggi pada <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bitrate&action=edit&redlink=1" title="Bitrate (halaman belum tersedia)">bitrate</a> rendah dibandingkan format lain. Peranti lunak populer, Winamp dan pelopor pemutar MP3 portabel Rio sudah mendukung format ini dalam model terbarunya. Walaupun demikian dukungan peranti keras terhadap format ini masih jarang.</div><ul style="text-align: justify;"><li>Real Audio</li>
</ul><div style="text-align: justify;">Salah satu format yang biasa ditemukan pada bitrate rendah. Format dari RealNetworks ini umumnya digunakan dalam layanan streaming audio. Pada bitrate 128 kbps ke atas RealAudio menggunakan standar AAC MPEG-4.</div><ul style="text-align: justify;"><li>MIDI</li>
</ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLOu5AXxdLTwN58MslHt4E-wlz35BtFbNr8xnLNTKQwOdrDdoDMqetUWJb09Ld6jOPHT30clNlxeLdQUjiwgifyuewRYRaHAFme2g6qRYqCbfXJOm33TXe_ff66cCDEn4km59Sz8Myio3A/s1600/Snapshot+20.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLOu5AXxdLTwN58MslHt4E-wlz35BtFbNr8xnLNTKQwOdrDdoDMqetUWJb09Ld6jOPHT30clNlxeLdQUjiwgifyuewRYRaHAFme2g6qRYqCbfXJOm33TXe_ff66cCDEn4km59Sz8Myio3A/s200/Snapshot+20.jpg" width="200" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;">Format audio satu ini (yang biasanya berextention xxxx.mid) lebih cocok untuk suara yang dihasilkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Synthesizer" title="Synthesizer">synthesizer</a> atau peranti elektronik lainnya, tetapi (biasanya) tidak cocok untuk hasil konversi dari suara analog karena tidak terlalu akurat (kecuali digunakan proses tambahan). File dengan format ini berukuran kecil dan sering digunakan dalam ponsel sebagai ringtone.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Oleh : J.B. Tjondro Purnomo ,SH (www.dolananmusik.blogspot.com)</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ZG10xlUEwL0/TY9akG4Md6I/AAAAAAAAAD0/_CRkjSpmn2s/s1600/CHOND-23.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-ZG10xlUEwL0/TY9akG4Md6I/AAAAAAAAAD0/_CRkjSpmn2s/s200/CHOND-23.jpg" width="157" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div></div></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-34976056828701196972011-03-17T02:51:00.000-07:002011-03-25T03:10:30.472-07:00TIPS & TRIK MASTERING AUDIO<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSdTorca6paX0PcKIh8mkD3zZDjuByWGrj60RNpapISR_7UwvQoUlEj30WFUMLMA80clRg3jmGbXV9j-QhvV0uL4hT_grp9tsxYTHLaffWcTyS2Vg62cHu2Lt8j8H5HSbSP_aHvdSvUJA/s1600/plugin_piano.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSdTorca6paX0PcKIh8mkD3zZDjuByWGrj60RNpapISR_7UwvQoUlEj30WFUMLMA80clRg3jmGbXV9j-QhvV0uL4hT_grp9tsxYTHLaffWcTyS2Vg62cHu2Lt8j8H5HSbSP_aHvdSvUJA/s200/plugin_piano.jpg" width="200" /></a>Sering kali kita yang masih pemula ini mengalami berbagai macam kesulitan yang berkaitan dengan hasil mixing yang telah kita lakukan. Mengapa hasil mixing-ku kok menjadi kecil <i>(pelan)</i> bila dibandingkan dengan sebelumnya ? Inilah salah satu fakta yang pernah saya alami sendiri. Salahkah proses mixing saya ? Apanya yang salah ? Jawabannya adalah : "Tidak ada yang salah !". Memang pada dasarnya proses mixing adalah proses <i>balancing</i> multi-track artinya kita membalance output dari berbagai instrument musik yang kita pakai, dengan tujuan agar tidak ada satu instrument yang menutup instrument lainnya. Jadi kesimpulannya adalah, kalau toh hasil proses mixing yang kita lakukan menjadi kecil (pelan) itu wajar, yang penting semua instrument musik yang kita pakai telah rata outputnya. Nah proses selanjutnya adalah proses mastering, yang mana salah satu tugas proses mastering adalah menaikkan <i>gain</i> (level atau tingkat kekerasan) dari hasil proses fix-mixing. Ada banyak cara untuk melakukan proses mastering itu sendiri, dan kali ini saya coba untuk memberikan sedikit <b>tips & trik mastering audio</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;">Mau tahu ..... ? Langsung aja menuju TKP.......</div><br />
<a href="http://dolananmusik.blogspot.com/2011/02/mendaki-puncak-peak-power.html" target="_blank"><img border="0" src="http://img863.imageshack.us/img863/8852/bacaselanjutnya.png" /></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-86536017318409821962011-03-16T21:21:00.000-07:002011-03-27T09:00:32.280-07:00MUSIK DIGITAL HARAPAN MUSIK MASA DEPAN<div style="text-align: justify;"><b><a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">Musik Digital </a></b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7w0xgSevmHnlvJL2Fzv6MDTjBREMcxmGmzU9YWb0FuNNIwN2_vxALmmsnsBexOIIAqqfWE0wB3sodbs3LalrZ6nGDvDtvqrTkAeEfyYlnAbQot1qn-c2TuegQHSOWUinlOjIxgZFCIEo/s1600/musik_digital.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7w0xgSevmHnlvJL2Fzv6MDTjBREMcxmGmzU9YWb0FuNNIwN2_vxALmmsnsBexOIIAqqfWE0wB3sodbs3LalrZ6nGDvDtvqrTkAeEfyYlnAbQot1qn-c2TuegQHSOWUinlOjIxgZFCIEo/s1600/musik_digital.jpg" /></a> adalah malaikat penyelamat masa depan industri musik dunia. Sebuah pernyataan yang menimbulkan banyak pertanyaan. Benarkah demikian? Satu dasawarsa kebelakang industri musik dunia diprediksi banyak kalangan akan menuju kehancuran bila tak cepat-cepat dicari jalan keluar. Penurunan drastis penjualan fisikal (kaset,CD) secara global menjadi indikator kehancuran. Namun secercah harapan datang ketika di saat bersamaan penjualan konten <i><b>musik digital</b></i> ternyata melonjak.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sebelum kita bicara masa depan, mari sedikit menengok kebelakang akan sejarah musik digital yang tak lepas dari perkembangan industri musik konvensional. Seiring berjalannya waktu serta perkembangan teknologi, industri musik dunia juga mengalami banyak perubahan yang ditandai dengan pergantian produk, tren dan media penunjang. Kita runut mulai dari produk ponograf, vinil, kaset, CD, hingga produk-produk digital semisal MP3, WAV, WMA dll.</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">Namun yang paling menarik perhatian diantara produk digital itu adalah format MP3, sebuah media pemutar lagu yang dikemudian hari sangat bersentuhan langsung dengan konsumen penikmat musik karena formatnya yang sangat bersahabat buat orang, sekalipun awam terhadap musik digital.</div><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Ada</span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"> sebuah sindrom dari pelaku industri konvensional yaitu cenderung mempertahankan area <i>‘comfort zone’ </i>diantara serbuan modernisasi. Sindrom ini juga terjadi di industri musik. Ini kasat terlihat saat pelaku industri musik ‘takut’ mengadopsi hal-hal baru teknologi musik digital, yang memang melompat jauh dari kacamata industri musik konvensional. Salah satu alasan klasik menolak mengadopsi teknologi adalah relevansi </span>industri dengan hak cipta, khususnya hak cipta lagu yang merupakan modal utama bisnis. Karena dengan berhasil memonopoli hak cipta lagu, perusahaan rekaman bebas mengontrol penjualan dalam bentuk apapun. Mereka lupa bahwa musik berada dalam area industri kreatif yang sangat dinamis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Seharusnya pelaku industri musik belajar dari sejarah. Beberapa penolakan yang diantaranya justru menjadi semacam ‘kutukan’ buat industri itu sendiri. Di tahun 60-an terjadi penolakan besar-besaran ketika produk ponograf yang sedang ‘wangi’ saat itu akan digantikan produk baru bernama kaset. Kemudian berulang saat <i>compact disc</i> (CD) masuk industri tahun 80-an menggantikan kaset yang juga terjadi penolakan massal. Masih di era 80-an, kita ingat industri musik juga pernah menolak kehadiran MTV dengan cara tidak mau memberikan videoklip untuk diputar di televisi khusus musik itu. Padahal kita tahu, bermuasal dari MTV kemudian televisi menjadi salah satu media promosi musik yang paling sahih saat ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Tahun 90-an ditemukan media pemutar lagu bernama MP3 (MPEG Audio layer III) yang sangat mewakili era digital di industri musik. MP3 merupakan bagian dari ‘keluarga’ MPEG ( Motion Pictures Expert Group), suatu standar untuk format video dan audio dengan sistem kompresi. Temuan Profesor Karl Heinz Brandenburg yang memadukan ilmu matematika, elektronika dan suara ini alih-alih disambut baik, industri musik kembali menolak. MP3 ditolak karena rentan penyalah gunaan hak cipta. Tetapi format ini tak menunggu waktu lama untuk cepat meluas. Apalagi ketika mesin pemutar MP3 bernama <i>WinAmp </i>dirilis secara cuma-cuma di internet.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Puncak penolakan MP3 adalah ketika asosiasi perusahaan rekaman besar di Amerika termasuk sebagian musisi ramai-ramai mengajukan gugatan <i>class action</i> terhadap Napster, sebuah perusahaan <i>music sharing</i> berbasis internet temuan Shawn Fenning. Metallica menjadi salah satu ikon penentang nya. Materi gugatan buat Napster adalah pelanggaran hak cipta. Disaat itu idustri musik terkejut ketika Napster menawarkan sistim <i>file sharing</i> <i>peer to peer. S</i>etiap orang di seluruh dunia bisa dengan mudah berbagi lagu secara gratis dalam bengtuk mp3. Napster akhirnya ditutup, tetapi industri musik berbasis internet yang dimulainya itu meninggalkan jejak yang maha dahsyat di internet. Dari situlah kemudian lahir software <i>file sharing</i> lainnya seperti Audiogalaxy, Morpheus, LimeWire, Emule, atau yang paling beken saat ini 4shared.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Kegemaran anak muda di seluruh dunia mengunduh musik digital baik secara legal maupun illegal ditambah perkembangan teknologi informasi yang kian canggih membuat industri musik konvensional tergopoh-gopoh. Dampaknya sangat signifikan pada distribusi dan penjualan fisikal kaset dan CD. Puncak ambruknya industri musik konvensional di Amerika –yang menjadi barometer industri musik dunia- ketika distributor dan penjual musik ritel terbesar di Amerika, Tower Records, gulung tikar tahun 2006.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">Rupanya aksi asosiasi perusahaan rekaman saat itu menolak Napster diyakini sebagai <i>‘keputusan terbodoh yang pernah diambil para pertinggi industri musik’</i>, Keputusan yang justru tidak diduga telah me-revolusi industri musik secara global hingga menjadi </span>seperti sekarang ini. Dari pada memusuhi, seharusnya saat itu mereka memiliki opsi untuk menginkorporasikan perusahaan semacam Napster ke dalam produksi dan distribusi industri rekaman. Tapi mereka melepas opsi itu, karena panik. Sekarang, perusahaan rekaman besar banyak yang telah gulung tikar atau setidaknya merevitalisasi usahanya karena tidak bisa menyaingi pembelian dan distribusi musik lewat internet yang justru semakin menjadi pilihan. <i>iTunes store</i> punya Apple adalah contoh sukses penjualan musik digital. Konsumen pembeli CD menurun drastis, sementara pembeli format musik digital kian berlipat ganda jumlahnya. Tren ini juga diikuti melonjaknya penjualan beragam jenis mp3 player. <i>Sejarah pun membuktikan bahwa manusia berpihak pada teknologi yang bisa membuat hidup manusia menjadi lebih mudah.</i><br />
<br />
Tak hanya perusahaan rekaman yang melakukan perubahan. Para musisipun bereaksi melakukan terobosan menyikap perubahan jaman. <b>Radiohead</b>, salah satu band sohor dunia bikin heboh ketika merilis sendiri albumnya lewat internet. Metodenya sederhana. Siapapun dan dari belahan dunia manapun selama tersambung dengan internet boleh mengunduh lagu barunya dengan membayar sesuka dan sekemampuan kocek. Pengguna internet diberi kebebasan penuh menentukan harga, Ada yang membayar 1 atau 2 dolar atau lebih, tapi ada juga yang mau gratisan. Dan apa yang dilakukan Radiohead juga ditiru oleh banyak musisi, termasuk di Indonesia. Dan bisa diduga, yang kalang kabut adalah perusahaan rekaman konvensional yang tak punya kuasa menolak perkembangan teknologi. <i>Nampaknya internet dan musik digital menjadi tulang punggung bangkitnya industri musik dunia di masa datang.</i><br />
<i>Bagaimana dengan Indonesia?</i>. Kita juga menikmati kemudahan yang sudah dirintis Napster. Kemudahan itu ditandai dengan begitu gampangnya kita mengunduh lagu-lagu dari internet, lepas itu legal atau illegal. Pelakon industri musik nagri yang tidak tanggap dalam mencermati era musik digital ini, dipastikan, cepat atau lambat pasti akan tergusur.<br />
<br />
Penjualan konten <b><a href="http://musikdigital67.blogspot.com/2011/03/pengetahuan-dasar-musik-digital.html">musik digital</a></b> di Indonesia juga mengalami peningkatan tajam seiring meredupnya bisnis penjualan fisikal. Tapi ada hal berbeda yang terjadi di tanah air jika membandingkan dengan Amerika misalnya. Walau sama-sama menunjukkan kebangkitan penjualan musik digital, namun penjualan musik digital kita ditandai dengan <i>booming</i>-nya penjualan lagu dalam format <i>ringback tone, </i>lagu pengganti nada tunggu dalam telepon seluler. Kita lihat faktanya, <i>Ringback tone</i> (RBT) tiba-tiba menjadi primadona perusahaan rekaman dalam menggerus rupiah menggantikan penjualan fisik yang menukik jatuh menuju kepunahan. Sejak resmi diperkenalkan oleh operator telekomunikasi seluler ,termasuk Telkomsel, pada Agustus 2004, layanan RBT menjadi semacam obat atau bahkan rejeki nomplok dari label merujuk penjualan fisik yang anjlok. Ironisnya obat penawar ini datang dari operator telekomunikasi seluler, bukan dari perusahaan rekaman sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Tahun 2006 Panasonic Award pertama kalinya memberikan penghargaan untuk kategori RBT lagu yg paling banyak diunduh kepada lagu <i>‘Kenangan Terindah’</i> dari Samson yang diunduh lebih dari 2.,1 juta kali.<i> Ringback tone </i>menjadi tambang emas industri musik. Dan ini menjadi bukti nyata ketika musik digital kemudian menjadi harapan masa depan industri musik tanah air.Tapi toh setelah berjalan tujuh tahun, untuk bisa menunjang hidup industri musik jangka panjang, kita tak bisa bergantung pada <i>ringback tone </i>saja. Karena walau tambang emas, tetap saja lahannya menyempit ketika semua pekerja terjun dalam satu tambang secara bersamaan. Apalagi, <i>ringback tone</i> itu hanyalah sebuah <i>fashion </i>dan produk gaya hidup yang tak bisa diprediksi dengan hitungan ilmu pasti. “Sampai sekarang belum ada yang bisa menggantikan <i>ringback tone.</i> Penggantinya apa setelah itu. Kalau tak ada penggantinya, label rekaman benar-benar bisa tutup,” kata Jan Djuhana kepada majalah Rolling Stone setahun silam. Senior A&R Sony Music Enterteinment Indonesia ini nampak pesimis. Ya , apalagi setelah <i>ringback tone</i>?<br />
<br />
<b>Digital music</b> superstore bernama Langitmusik adalah produk Telkomsel yang mungkin bisa menjawab pertanyaan itu. Dengan menyediakan layanan <i>download</i> bagi pelanggan Telkomsel yang ingin menikmati musik<i> full track</i> berkualitas baik secara mudah. Pelanggan dapat mengunduh musik dan video digital langsung di ponsel lewat akses internet. Untuk melindungi dari pembajakan, Telkomsel menggunakan platform Digital Rights Management (DRM), teknologi yang bisa membatasi pemindahan file musik yang telah diunduh. Untuk memanjakan pelanggan, tersedia puluhan ribu lagu dan video dalam katalok Langitmusik.<br />
<br />
Akhir tahun silam Telkomsel sendiri mencatat pendapatan dari layanan bisnis konten musik digital mencapai Rp 600 miliar dengan pendapatan terbesar masih didominasi layanan <i>ringback tone. </i>Dari total pelanggan Telkomsel yang 96 juta orang, bisnis musik digital sangat berpotensi.Positifnya, bersinergi dengan semangat melawan pembajakan, penghasilan yang meningkat di musik digital sedikitnya -walau masih benar-banar sedikit- bisa menggerus nilai penjualan dari jalur pembajakan yang diperkirakan mencapai Rp 5 trliun itu. Kita toh tetap berharap dan coba bereaksi nyata lewat teknologi untuk memerangi kejahatan pembajakan. Tak hanya meneriakkan slogan anti pembajakan yang sekarang menjadi retorika basi mengingat selama lebih dari 30 tahun slogan itu dikumandangkan tapi toh tetap tak ada perubahan, kalau tidak semakin menjadi. Musik digital menjadi semacam harapan kebangkitan industri musik tanah air.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">By <b><span class="author">Andre Sumual</span> </b><span class="dating-time"><b>Kamis</b> 16-03-2011</span> </span> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-7951265472762084982011-03-15T02:22:00.000-07:002011-03-25T02:44:15.070-07:00MASTERING AUDIO/AUDIO MASTERING<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNr4eFt2vL3HG90E4afqzN5zDc_nAAmi5BYsx0t_yr4Z4ckQDlRFhnktXK9lDve1dK7C26cr1EjqDg3r-ldhNsZysPWfmZjhii0KztClXPb6B-tPyn2svfST8TZ1qVhNEZtJp6zWdIvec/s1600/apa-itu-mastering.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNr4eFt2vL3HG90E4afqzN5zDc_nAAmi5BYsx0t_yr4Z4ckQDlRFhnktXK9lDve1dK7C26cr1EjqDg3r-ldhNsZysPWfmZjhii0KztClXPb6B-tPyn2svfST8TZ1qVhNEZtJp6zWdIvec/s320/apa-itu-mastering.jpg" width="320" /></a><b>Mastering Audio/audio mastering</b>, suatu bentuk file-audio pasca produksi, adalah merupakan suatu proses penyusunan dan atau trasfer audio <i>(signal-audio)</i> yang direkam dalam suatu perangkat penyimpanan audio dan berisi file hasil fix-mixing audio <i>(signal-audio)</i>, ke dalam suatu perangkat media penyimpanan data <i>(file), </i>dan hasil <b>mastering audio/audio mastering</b> inilah yang menjadi bahan-baku sebuah music-production <i>(audio production)</i>. Adapun proses <b>mastering audio/audio mastering</b> ini umumnya merupakan kombinasi dari beberapa proses <i>(pada studio mastering)</i> semacam compressing, limiting, duplication dan leveling. Dewasa ini -sejalan dengan perkembangan tehnologi digital-musik- format mastering audio/audio mastering ini lebih cenderung mempergunakan format digital-mastering <i>(dengan berbagai keunggulannya)</i>, meskipun beberapa kalangan masih tetap mempertahankan format analog-mastering <i>(yang membutuhkan proses cukup lama)</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk gambaran selanjutnya, silahkan anda langsung menuju TKP. </div><br />
<a href="http://chorddigital.blogspot.com/2011/03/mastering-audioaudio-mastering.html" target="_blank"><img border="0" src="http://img863.imageshack.us/img863/8852/bacaselanjutnya.png" /></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-49749677286142462352011-03-14T21:38:00.000-07:002011-03-23T21:44:37.339-07:00ALBUM KEENAM KRAKATAU BAND<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Persiapan pembuatan album keenam Krakatau Band di Kafe De Luna Makassar, Jum'at (11/2/2011). Krakatau akan membuat album dengan mengangkat seni musik tradisi Sulawesi Selatan. Mereka akan mengkolaborasikan alat musik tradisional Makassar dan Toraja dalam karyanya dan akan disebarkan ke seluruh dunia. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfh-wO6NhB_yuFwb8jdJ62orop5r9Uw1BPnH98PGqVbDT6t4DGZByFnLvqQLcbwB3bQQmjESBKgWBV9DkAUxpL-I-E_HMXR6veWIfPs9ucU7bgOueyriIKsCdiuSE6tLkpys1mv6Ygebo/s1600/KRAKATAU.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfh-wO6NhB_yuFwb8jdJ62orop5r9Uw1BPnH98PGqVbDT6t4DGZByFnLvqQLcbwB3bQQmjESBKgWBV9DkAUxpL-I-E_HMXR6veWIfPs9ucU7bgOueyriIKsCdiuSE6tLkpys1mv6Ygebo/s400/KRAKATAU.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !mso]> <style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults v:ext="edit" spidmax="1027"/> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout v:ext="edit"> <o:idmap v:ext="edit" data="1"/> </o:shapelayout></xml><![endif]--> </div><div class="MsoNormal"><span style="height: 255px; left: 104px; margin-left: 34px; margin-top: 33px; position: absolute; top: 389px; width: 509px; z-index: 1;"></span>Sumber<span> </span>: okezone.com</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-33328080320894877532011-03-14T09:13:00.000-07:002011-03-27T09:16:53.576-07:00RECORDING (REKAMAN)<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERYLwZIKoYF2N9aWKsEVb5Cp2Cg-cK83wtzdbxdXYuFRMfXSlTu1RH1GuA_PWDNv69ndNKof9RrNETK9ryXXAXLgaWDShhMPyKtGetgEwCUWFH1vYncrRai6h9ZNjazBhbVR8pVxNsB8/s1600/481px-Frances_Densmore_reco.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhERYLwZIKoYF2N9aWKsEVb5Cp2Cg-cK83wtzdbxdXYuFRMfXSlTu1RH1GuA_PWDNv69ndNKof9RrNETK9ryXXAXLgaWDShhMPyKtGetgEwCUWFH1vYncrRai6h9ZNjazBhbVR8pVxNsB8/s200/481px-Frances_Densmore_reco.jpg" width="160" /></a><b><span style="font-size: medium;">Recording</span></b> <i>(rekaman) </i>pada dasarnya adalah memindahkan signal-signal audio <i>(suara manusia, binatang, alat musik dan lain-lain)</i> ke dalam suatu media penyimpanan elektro-magnetis, yang dapat diperdengarkan kembali kepada para pendengar <i>(audience)</i>. Proses recording <i>(rekaman) </i>ini pertama kali dilakukan pada tahun 1859 lewat sebuah alat yang dinamakan <a class="mw-redirect" href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Phonautogram&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhjRmgAB_orGypZwwZ9WhuYeL9S8YA" title="Phonautogram">phonautogram</a> oleh <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/%25C3%2589douard-L%25C3%25A9on_Scott_de_Martinville&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhj2jF2aMZN045e8qMNd92dJuB9kpA">Édouard-Léon Scott de Martinville</a>. Dan pada tahun 1860 <a class="mw-redirect" href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Phonautogram&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhjRmgAB_orGypZwwZ9WhuYeL9S8YA" title="Phonautogram">phonautogram</a> merekam suara manusia untuk yang pertama kalinya dan inilah <a href="http://www.ziddu.com/download/14343946/rekaman_pertama.mp3.html">SUARANYA. </a></div><div style="text-align: justify;"><i>(silahkan klik dan tinggal download jika anda ingin mendengarkannya).</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rekaman suara praktis yang pertama kali direproduksi dengan seperangkat alat yang disebut dengan mekanik <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Phonograph_cylinder&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhgMejJ5w3_r0GDA-PNRPMoD8DqSog">silinder fonograf</a> ditemukan oleh <span style="background-color: #e6ecf9;"><a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Edison&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhhGD3pRpWcLRf3lQ-kdKDwcnUeCBQ">Thomas Edison</a> pada tahun 1877 dan dipatenkan pada tahun 1878. </span><span style="background-color: #e6ecf9;">Penemuan ini segera menyebar ke seluruh dunia dan selama dua dekade mendatangkan distribusi komersial yang tidak kecil bagi dunia industri Internasional.</span></div><div style="text-align: justify;">Teknis pengembangan utama berikutnya adalah penemuan <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Berliner_Gramophone&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhiT_lQUvPOMN9IMp0VtnTz2rMHF4g" title="Berliner gramafon">disc gramafon</a> , yang ditemukan oleh <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Emile_Berliner&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhjRWeF2WoKcSAmOo2_96HaP-F1rVQ">Emile Berliner</a> dan dipasarkan secara komersial di Amerika Serikat pada 1889. Perkembangan selanjutnya adalah The microgroove Vinyl yang diciptakan oleh seorang insinyur Hongaria <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Peter_Carl_Goldmark&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhisM6vK5GVllgL_B6mohfStEPrifA">Peter Carl Goldmark</a> dan diperkenalkan di akhir tahun 1940-an.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpqY_N_kTdf_HblaZTArjmg-MmjpHLKz5Hk5o3SCbchYVd1V7spaeUIXBRZIRcEKJoPKSpuw6tbd-9Ov_MiYWdfBuNGYgd4THRUZEPYcJ3ZSYXEWLY66aQ1ge1ehOYKA3IxAIcK0hw5A/s1600/220px-Tdkc60cassette.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="126" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpqY_N_kTdf_HblaZTArjmg-MmjpHLKz5Hk5o3SCbchYVd1V7spaeUIXBRZIRcEKJoPKSpuw6tbd-9Ov_MiYWdfBuNGYgd4THRUZEPYcJ3ZSYXEWLY66aQ1ge1ehOYKA3IxAIcK0hw5A/s200/220px-Tdkc60cassette.jpg" width="200" /></a>Pita magnetik membawa perubahan besar di dunia radio maupun industri rekaman.<span style="background-color: #e6ecf9;"> Suara <i>(audio) </i>dapat dicatat, dihapus dan direkam ulang pada tape yang sama berkali-kali, disamping itu suara <i>(audio) </i>dapat digandakan dari satu kaset ke kaset lainnya dengan hanya kehilangan sedikit kualitas.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: #e6ecf9;"><span style="font-size: medium;"><b>R</b></span></span><b><span style="font-size: medium;"><span class="mw-headline" id="Digital_recording">ekaman Digital</span></span></b></div><div style="text-align: justify;">Penemuan <a href="http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_recording&prev=/search%3Fq%3Drecording%26hl%3Did%26prmd%3Divnsbl&rurl=translate.google.co.id&twu=1&usg=ALkJrhj5-5ysX4VrDbbaKWGx9VMUCczDwQ" title="Perekaman digital">rekaman suara digital</a> dan kemudian compact disc pada tahun 1982 membawa kemajuan yang signifikan dalam hal ketahanan dari hasil rekaman itu sendiri.<span class="google-src-text" style="direction: ltr; text-align: left;"></span> <span class="google-src-text" style="direction: ltr; text-align: left;"></span> Namun, pengenalan sistem digital ini pada awalnya ditentang keras oleh industri rekaman yang takut akan terjadinya pembajakan pada media lain yang mampu menghasilkan salinan <i>(copy)</i> sempurna dari rekaman aslinya. Tetapi pada kenyataannya tehnologi digital ini tidak dapat dielakkan sebagai bagian dari kemajuan tehnologi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perkembangan terbaru dari dunia rekaman khususnya yang berkaitan dengan musik digital adalah pada tahun 2010 kemarin, yaitu dengan ditemukannya format musik digital baru yang disebut dengan format DNA.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bila anda menginginkan informasi secara lebih rinci perihal dunia recording <i>(rekaman suara)</i> ini, silahkan anda menuju TKP.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Recording" target="_blank"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDzdN6tXidkL2bSRjuJc80DjJExc3kES_DJDdN5zpmmdFXW-Wpi7jtpzQiJCju9ImsUvfNvwqqIdpMQs9SLWvkJCQCaed1Wmt7QwShLtKAOGARgVK8tj7Ay4hGHe-YBGOsp1APlXDKdI6m/s320/download.jpg" /> </a><br />
<span style="color: red;"> <br />
<i><b>Ditulis ulang oleh J.B Tjondro Purnomo ,SH</b></i></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-69100547582648163722011-03-14T04:21:00.000-07:002011-03-25T04:27:36.926-07:00MUSIK DIGITAL ...., APAKAH ITU ?<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRJNbFwknHMxc3BmkEaZgxiU8-MIfBWNJS8hZ1iDcDSQkEgAFDgViPRYMpEwSesDHS0jgWwrBWd6_c9sN3s3SzgMliOuet5Vv-ujJOvou08rhb_15kfT_7waP6081I4cRv1hEJkrsTMKs/s1600/nokia_comes_with_music.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRJNbFwknHMxc3BmkEaZgxiU8-MIfBWNJS8hZ1iDcDSQkEgAFDgViPRYMpEwSesDHS0jgWwrBWd6_c9sN3s3SzgMliOuet5Vv-ujJOvou08rhb_15kfT_7waP6081I4cRv1hEJkrsTMKs/s320/nokia_comes_with_music.jpg" width="320" /></a><b>Musik Digital</b> pada dasarnya adalah berupa harmonisasi bunyi yang dibuat melalui perekaman dari alat-alat musik analog (konvensional) atau alat-alat musik digital (yang dibuat dengan bantuan komputer) yang disimpan dan diproses dengan media berbasis tehnologi komputer. Format digital ini dapat menyimpan data dalam jumlah besar, jangka panjang dan berjaringan luas. <b>Musik Digital</b> ini sendiri mengalami perkembangan dari masa ke masa yang dimulai dengan piringan hitam sampai kepada CD ataupun MP3 file. Saat ini Musik Digital itu sendiri telah berkembang sedemikian rupa sampai kepada hanya berupa suatu file (musik) yang dapat diperdengarkan dalam format MIDI ataupun menggunakan IPod.</div><div style="text-align: justify;">Mengenai keterangan selanjutnya yang berkaitan dengan musik-digital itu sendiri, silahkan anda langsung menuju TKP.</div><br />
<a href="http://dolananmusik.blogspot.com/2011/02/musik-digital-atau-digital-musik.html" target="_blank"><img border="0" src="http://img863.imageshack.us/img863/8852/bacaselanjutnya.png" /></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-82352380910730034472011-03-02T18:27:00.000-08:002011-03-23T20:53:36.177-07:00DIGITAL KOMPRESOR<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmizFM-YZ2BexeS9TL1DKu90lQrBjZZOXXJNxTSbJMLiJjwKFM9DoNSpvU2mGZKwcXFT5t5DL0YVm3s9O2MKrp2cb4zc0T8e3MzijNCqXm9ZEVyRy-Cfao-JbORKOiZ4HceeMnOynXcr8/s1600/Analog-Compressor-CP2S.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="140" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmizFM-YZ2BexeS9TL1DKu90lQrBjZZOXXJNxTSbJMLiJjwKFM9DoNSpvU2mGZKwcXFT5t5DL0YVm3s9O2MKrp2cb4zc0T8e3MzijNCqXm9ZEVyRy-Cfao-JbORKOiZ4HceeMnOynXcr8/s320/Analog-Compressor-CP2S.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: small;"><b>Kompresor</b> adalah merupakan alat yang memiliki fungsi membuat out-put signal audio menjadi lebih rata, karena alat ini termasuk ke dalam golongan "gain based" yang memberikan keleluasaan untuk mengatur parameter-parameter yang ada semacam threshold, ratio, attack, release dan lain-lain. Di dalam dunia recording-mixing-mastering, alat ini memegang peranan yang cukup penting. Bayangkan saja, saat kita melakukan live-recording dimana masing-masing player tentunya tidak mungkin dapat bermain secara 'rata' mulai dari awal lagu sampai dengan akhir, fluktuasi permainan semacam inilah yang memerlukan pemakaian kompressor pada saat mixing audio/musik.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a><span style="font-size: small;">Dahulu sewaktu hasil rekaman disimpan dalam bentuk pita analog, ketika seorang sound-engineer merekam material audio yang memiliki perubahan dinamika tinggi, maka dia akan menurunkan volume sehingga bagian yang berdinamika kuat tidak sampai mengakibatkan distorsi. Permasalahan yang timbul adalah ketika dia menurunkan volume tersebut, maka bagian yang lembut berada dekat 'noise floor', sehingga tidak terdengar jelas karena tertutup oleh suara mendesis seperti "ssssssssssssssh". Namun dewasa ini dengan menggunakan kompresor, maka seorang SE dapat menstabilkan materi audio sehingga keseluruhan volume dapat diangkat dengan mengurangi tape voice.</span></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dengan perkembangan tehnologi digital saat ini, maka sekarang alat kompresor ini tidak lagi berbentuk alat analog, melainkan telah mempergunakan tehnologi digital (<b>Digital Compressor</b>). Yang termasuk ke dalam kategori kompresor ini antara lain:</span></div><div style="text-align: justify;"><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><u>Limiter</u></b>: output nya konstan, tidak perduli besar kecil nya signal yang masuk / signal tak diperkenankan melewati threshold yang ada.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><u>Brick Wall Limiter</u></b>: Limiter yang banyak digunakan pada saat mastering untuk menaikkan volume keseluruhan dari sebuah material audio.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><u>Frequency Selected Compressor</u></b>: bekerja pada satu band frequency yang telah ditentukan. Contoh nya adalah deesser. Deesser bekerja pada frequency sekitar 5 – 8 kHz dan berguna utk menekan bunyi desis pada vocal</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b><u>Multi Band Compressor</u></b>: Banyak digunakan utk mastering. Bisa kita bayangkan bilamana beberapa kompresor dijadikan satu. Yang mana tiap2 kompresor menangani frekuensi atau bandwith yang berbeda secara independent. Tiap bandwith dapat memiliki settingan attack, release , ratio dan threshold yang berbeda juga. Misalnya kita memiliki MBC yang dibagi 3, maka dapat di set: satu untuk meng-kompres frequency rendah, satu utk mid, dan satu lagi untuk high frequency. </span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Bilamana dipergunakan dengan baik dan benar, sebagian besar pendengar yang awam tak akan menyadari bahwa <b>kompresor</b> telah digunakan. Telinga manusia cenderung lebih peka terhadap perubahan pitch daripada perubahan amplitude.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Secara garis besar terdapat 5 buah parameter yang dapat di adjust dalam setiap perangkat kompresor ini, yaitu: <i>threshold, ratio, attack time, release time, </i>dan<i> output/gain</i>.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Threshold</b> adalah starting point dimana dapat memfilter sebuah signal audio untuk dapat atau tidaknya melewati titik ini, atau dapat dikatakan sebagai batasan kapan si kompresor akan mulai bekerja. Kita lah yang menentukan threshold ini. Sebagai contoh, apabila threshold di set pada -20 dB, maka semua signal yang melewati -20 dB akan di-proses (dikompres). Signal yang tak melewati angka - 20 db tersebut tidak akan di proses.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Ratio </b>adalah perbandingan atau jumlah dari kompresi yang akan dikenakan kepada signal audio yang telah melewati batas threshold. Misalkan ratio di set pada perbandingan 3:1 dan threshold -20 dBFS. Apabila signal berada pada -14, berarti melewati threshold dengan jumlah 6 dB. Lalu akan di kompress dengan perbandingan 3:1. Maka akan kita dapat hasil 2 db. Nah, angka ini yang akan ditambahkan pada threshold kita yang -20 tadi. Hasil akhir nya adalah -18 dB.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Attack time</b> berfungsi untuk menentukan seberapa lama nya si kompresor “menunggu sebelum mulai bekerja” setelah ia mendeteksi ada nya signal yang telah melewati threshold. Bilamana attack time kita set pada mode "fast", maka compressor akan melihat dan bereaksi pada hampir setiap signal yang melewati threshold. Sebaliknya bilamana kita set pada mode "slow", maka kompresor tidak akan bereaksi terhadap signal yang berdurasi pendek atau singkat.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Release time</b> ini menentukan berapa lama nya si kompresor “menunggu sebelum ia berhenti bekerja” setelah ia mendeteksi bahwa signal audio sudah tak lagi berada di atas threshold. Bisa juga diartikan sebagai waktunya sebelum kompresor kembali ke posisi normal (saat sebelum dia bekerja).</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><b>Make up gain</b>, atau output, ketika sebuah signal di kompres, maka otomatis amplitude nya akan berkurang. Output ini berfungsi untuk menambah “Gain” dari signal audio yang telah di kompres tadi.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Pada beberapa software kompresor memiliki settingan yang disebut 'Hard Knee' atau 'Soft Knee'. Perbedaan nya adalah, pada hard knee, ketika signal masih di bawah threshold, maka kompresor tidak akan bekerja sama sekali. Begitu melewati threshold, maka kompresor akan langsung bekerja. Pada soft knee, ketika signal mulai mendekati threshold maka kompresornya sudah mulai bekerja.</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Beberapa kesalahan yang banyak ditemui pada saat setting kompresor adalah :</span></div><ul style="font-family: inherit;" type="disc"><li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Threshold nya di set ke 0</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Ratio di set ke 1</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Attack terlalu besar saat meng-compress instrument perkusi</span></li>
</ul><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Cara cepat utk mengeset kompresor :</span></div><ul style="font-family: inherit;" type="disc"><li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Set Ratio 3:1</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Set Attack Time 12 ms, Release Time 50 ms atau Auto</span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-size: small;">Perlahan-lahan turunkan threshold nya sehingga didapat Gain Reduction antara 4 s/d 8 dB ( tergantung jenis instrument nya ).</span></li>
</ul><div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;">Selamat bereksplorasi, semoga sukses.</span> </div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-50062911313426415132011-02-22T16:37:00.000-08:002011-02-22T16:41:26.538-08:00BERMAIN MUSIK SEMUDAH MENGGAMBAR<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDdsWg0EoK8SAxeoUa8AMf5l-DEyCRkiLh9A4t4SgmnVlS-VfOGeRtPWHDcr0JfqeQ4xcTYUox6m1Og4KhUZfGgx68VHuBSbtfprEohsvHpW_i1FQLYxPnbSPceJPFDv3J9j-lOCZlSAI/s1600/MUSIK.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDdsWg0EoK8SAxeoUa8AMf5l-DEyCRkiLh9A4t4SgmnVlS-VfOGeRtPWHDcr0JfqeQ4xcTYUox6m1Og4KhUZfGgx68VHuBSbtfprEohsvHpW_i1FQLYxPnbSPceJPFDv3J9j-lOCZlSAI/s1600/MUSIK.jpg" /></a><span style="font-size: 10pt;">TOKYO</span><span style="font-size: 10pt;"> - Vendor penghasil alat musik Yamaha berhasil mengembangkan sebuah instrumen musik digital yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan memainkan musik seraya menggambar.<br />
<br />
Yamaha telah meluncurkan perangkat musik digital ini beberapa waktu lalu di Jepang dan Inggris. Satu unit perangkat dibandrol dengan harga USD1170. Selama setahun Yamaha menargetkan penjualan hingga 1000 unit dan kini angka tersebut semakin dekat karena Yamaha berhasil menjual hingga ratusan unit pada bulan pertama kemunculannya.<br />
<br />
Perangkat musik digital tersebut berukuran kotak dengan lebar 20x20 sentimeter dan tinggi sekira 8 inci. Perangkat ini pun dilengkapi dengan 256 tombol yang berbaris di salah satu pinggirnya sehingga dapat memainkan musik dengan jenis yang beragam.<br />
<br />
"Setelah membeli perangkat ini, saya jamin anda akan menjadi pencipta lagu yang kaya karena perangkat ini memungkinkan penggubahan lagu hanya dalam jangka waktu 20 menit," ujar pencipta perangkat atas nama TENORI-ON Yu Nishibori, seperti dikutip <i>AFP</i>, Kamis (22/5/2008).<br />
<br />
Tenori-On akan diproduksi secara masal di Jepang karena bagi Yamaha sangat tidak mungkin jika perangkat ini dibuat secara masal di dalam sebuah pabrik. Nantinya Yamaha akan menjual perangkat ini di wilayah Amerika Barat dan Eropa, kecuali Inggris, pada waktu yang bersamaan.(srn)</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;">Sumber : news.Okezone.com </span></div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt;"><br />
</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-57577886424057108922011-02-22T15:57:00.000-08:002011-02-22T16:04:37.147-08:00MASTERING DENGAN WAVE-LAB<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ7BpKLeGHk4roLuboidI4WJ18eCOXJwzTp3kcV27tueaKbedk8zx7XlmPtuwijuPLN943hnJUJ2a2_SB4PxexLxrE4RlW35DEa-muMmFewpcdK_CjfB9gbzCQbnEUmZPac6uQSS17ifY/s1600/WAVE-LAB.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ7BpKLeGHk4roLuboidI4WJ18eCOXJwzTp3kcV27tueaKbedk8zx7XlmPtuwijuPLN943hnJUJ2a2_SB4PxexLxrE4RlW35DEa-muMmFewpcdK_CjfB9gbzCQbnEUmZPac6uQSS17ifY/s320/WAVE-LAB.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">S</span></b>alah satu software yang dapat dipergukan untuk melakukan proses mastering audio/musik/lagu adalah Steinberg Wave-lab, yang cukup mudah dipergunakan dan mudah didapatkan, serta cukup fleksibel karena dapat mengakomodir plugin-plugin tambahan semacam TLS Pocket Limiter, PSP Vintagemeter, BX Solo, Magneto, Analog Mastering Tools (AMT), EMI TG 12413-limiter dan masih banyak plugin-plugin lainnya. Walhasil, dengan tambahan plugin-plugin tersebut kita dapat memperoleh hasil mastering yang maksimal dan cenderung setara dengan hasil mastering studio-studio besar lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">P</span></b>ertanyaan yang muncul di benak kita selanjutnya adalah , "Bagaimana cara atau proses mastering dengan menggunakan software ini ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKrG0xxCvzppPBAqeaBAEA79FmGekN2v5agDTGVFf4DXZYqzbbkyG11qFoWrz8WLk4vENaUd6dpH4HffTy68slaZ0vIZeDTSTPpHJ2YLelT6z-59YoD9qB8iJN3ossTSkv5Mv5hPGLTTY/s1600/buka-file.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKrG0xxCvzppPBAqeaBAEA79FmGekN2v5agDTGVFf4DXZYqzbbkyG11qFoWrz8WLk4vENaUd6dpH4HffTy68slaZ0vIZeDTSTPpHJ2YLelT6z-59YoD9qB8iJN3ossTSkv5Mv5hPGLTTY/s320/buka-file.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">P</span></b>ertama-tama adalah jalankan software Wavelab tersebut dan akan muncul tampilan seperti gambar di atas, kemudian open file audio/musik/lagu yang telah selesai di mixing ada akan di mastering, dengan cara menekan icon open Wave-file yang ada di sebelah kiri atas layar. Dan bila lagu yang akan kita mastering telah masuk, maka akan muncul gambar seperti disamping ini. Judul lagu yang akan kita mastering pun akan muncul dibagian atas.</div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxQNNMh69GKgPTQV0_qp2z4MNzbvblVFnEPayz-lwWWIFHt-v6Be_FQcZa_l2JvTLeQuap6_ByOZ-oRgoS8mJ7RvGMe516wvuWMkpf0-rNCZpiReKkCiT_7qocz8Z-Yf7UO4-y4aeSgKs/s1600/pasang-plug-in.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxQNNMh69GKgPTQV0_qp2z4MNzbvblVFnEPayz-lwWWIFHt-v6Be_FQcZa_l2JvTLeQuap6_ByOZ-oRgoS8mJ7RvGMe516wvuWMkpf0-rNCZpiReKkCiT_7qocz8Z-Yf7UO4-y4aeSgKs/s320/pasang-plug-in.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">L</span></b>angkah berikutnya adalah memasang plugin-plugin yang akan kita pergunakan untuk mendukung proses mastering kita, yaitu pada bagian effectnya isikanlah plugin-plugin Resampler 192 KHz (untuk mengakomodir file-file digital), BX Solo (untuk sedikit melebarkan nuansa stereo dan menaikkan gain), VST Dynamic (untuk mengurangi clipping), PSP Vintagemeter (untuk memantau proses mixing kita) dan TLS Pocketlimiter (untuk menaikkan gain secara umum), sehingga akan muncul tampilan seperti disamping ini.</div><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimXjS2_MlwBs3qZnk6EPCB57FrYUywEB3QVdl7NyqOWPpCrrT6MmUu479JxRJDzgkubgXt2eUUdDwZkpi-rcGKE2KUvvJcVlFAYQOlkwBGvrgMO5YNgDbmis1FJQ-M1tvtRoTIL1OxHNE/s1600/putar-musik.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimXjS2_MlwBs3qZnk6EPCB57FrYUywEB3QVdl7NyqOWPpCrrT6MmUu479JxRJDzgkubgXt2eUUdDwZkpi-rcGKE2KUvvJcVlFAYQOlkwBGvrgMO5YNgDbmis1FJQ-M1tvtRoTIL1OxHNE/s320/putar-musik.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">M</span></b>ainkan audio/musik/lagu yang akan kita mastering tersebut, dan perhatikan bagian bawah sebelah kiri, disana muncul digital detection atas kekerasan lagu yang akan kita mastering tersebut. Maka akan tampak seperti gambar di samping ini.</div><div style="text-align: justify;">Perhatikan bagian bawah, yaitu terdapat 3 kotak yang berwarna hitam, kotak yang paling kiri menunjukkan gain/level (kekerasan audio/lagu/musik kita), bagian tengah atau kkotak kecil menunjukkan spectrum analizer (cakupan ruang dari audio/musik kita), dan kotak yang paling kiri menunjukkan real time frekwensi analizer (analiza frekwensi-frekwensi yang terreproduksi dalam komposisi audio kita (mulai 20 Hz sampai dengan 20 KHz) yang terintegrasi dengan indikator kekerasan untuk tiap-tiap frekwensi (dalam ukuran db), hal ini sesuai dengan batas ambang pendengaran manusia.</div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqwrqmKrVQZ2DFBSyaLv4R5XTujwERfCHjNCL5LwK6VkVD21UgulfG3A5UA9vhYFEs1PQw59ZPzDhXs7gQAXEo80880wKbyhMaPgmGiVCOa149OG-M-h1PGQf3hF-ReLSKlQbhnhljCkY/s1600/Mastering3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqwrqmKrVQZ2DFBSyaLv4R5XTujwERfCHjNCL5LwK6VkVD21UgulfG3A5UA9vhYFEs1PQw59ZPzDhXs7gQAXEo80880wKbyhMaPgmGiVCOa149OG-M-h1PGQf3hF-ReLSKlQbhnhljCkY/s1600/Mastering3.jpg" /></a><b><span style="font-size: large;">B</span></b>erikutnya atur PSP Vintagemeter pada posisi -6 db, caranya klik tulisan PSP Vintage meter, maka akan muncul knob-knob dan aturlah knob OVU refer-level pada posisi -6 db. Klik kembali tulisan PSP Vintage-meter untuk mengembalikannya ke posisi level meter.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWBmsmMKivcB1O1M9GdY4vCRaW61xQHuixbj6yGjlkf4n1OX__ynaFBECp7S2HOy21c2oW_F6OcWVPb2s8z7jhPwIz1bxJ-vAWB5nl2QZJDFyZVmsI5XRcOnwsQ35vctloOqdI6IL5TEo/s1600/Mastering4.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWBmsmMKivcB1O1M9GdY4vCRaW61xQHuixbj6yGjlkf4n1OX__ynaFBECp7S2HOy21c2oW_F6OcWVPb2s8z7jhPwIz1bxJ-vAWB5nl2QZJDFyZVmsI5XRcOnwsQ35vctloOqdI6IL5TEo/s1600/Mastering4.jpg" /></a><b><span style="font-size: large;">N</span></b>aikkan gain level pada TLS Pocket-limiter sampai jarumnya bergerak mendekati angka nol, tetapi perlu diwaspadai, jangan sampai led warna merah menyala. Hal ini menunjukkan bahwa musik kita mengalami clipping atau melebihi ambang batas kekerasan dan bisa menyebabkan pecahnya suara audio/musik yang kita mastering.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9e_A2sMT9KywGr7O7pejMBRh1EwoAbZzXig9gcmiYz_DlubPExfsIpv5OFA80zbMQVUQdq_RBvqMyRQJKAXc5Wq5BBhMSU2yEvHoGLZnrTj9AjC8KSYOjr6ZrX5Y0enPMzgRw-_h9SW4/s1600/Mastering5.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9e_A2sMT9KywGr7O7pejMBRh1EwoAbZzXig9gcmiYz_DlubPExfsIpv5OFA80zbMQVUQdq_RBvqMyRQJKAXc5Wq5BBhMSU2yEvHoGLZnrTj9AjC8KSYOjr6ZrX5Y0enPMzgRw-_h9SW4/s1600/Mastering5.jpg" /></a><b><span style="font-size: large;">S</span></b>etelah semuanya sesuai dengan yang kita inginkan, kemudian renderlah musik kita, dengan cara meng-klik tombol render yang ada di bagian bawah.<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhELpUDkgxsBrvKfS_agfSTuudvwYt_b1L2_G7RXyrkzzrFvskXGCxbb7YNc_u03wUuEX7Ddbm3RCJjaCBwS60Mtx1IwN9AaDHPCTFEhrLL25JUNCkXyoiq74kgnBGGerKRsONNwQ7WUAc/s1600/analisa.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhELpUDkgxsBrvKfS_agfSTuudvwYt_b1L2_G7RXyrkzzrFvskXGCxbb7YNc_u03wUuEX7Ddbm3RCJjaCBwS60Mtx1IwN9AaDHPCTFEhrLL25JUNCkXyoiq74kgnBGGerKRsONNwQ7WUAc/s320/analisa.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">L</span></b>akukan analisa terhadap proses mastering kita dengan meng-klik tombol Analysis - Global Analysis - Loudness - Analyse, maka akan ditunjukkan kepada kita RMS Power yang terbagi untuk bagian Kanan dan Kiri yang masing-masing menunjukkan Maksimum, Minimum, Average dan Around Cursor. Perhatikan bahwa pada Average RMS Power hendaknnya kita atur sampai menunjukkan angka antara -12 db sampai dengan -10 db. Inilah standar kekerasan (RMS Power) yang biasanya dipergunakan dalam produk-produk mastering dari luar negeri. Tetapi tidak menutup kemungkinan kita naikkan sampai menembus -9 db, asalkan kita bisa mengatur plugin-plugin yang kita pakai agar jangan sampai terjadi clipping.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzHkupIQwN0XKwC33S5asDSpsE5WblkGgOqq0cyAoalJUkM5lNtRjDXgCnl3nhFHedzsCLme1hq2oNLO1VXtnkRBWCcH4M22yu7RbN2mfkGpC8eSL7Cfwk8ak9MQeu8Cfk9lUOFANwVwM/s1600/deteksi-error.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzHkupIQwN0XKwC33S5asDSpsE5WblkGgOqq0cyAoalJUkM5lNtRjDXgCnl3nhFHedzsCLme1hq2oNLO1VXtnkRBWCcH4M22yu7RbN2mfkGpC8eSL7Cfwk8ak9MQeu8Cfk9lUOFANwVwM/s320/deteksi-error.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">A</span></b>gar proses mastering kita tidak mengandung audio-error, maka lakukan proses pendeteksian dan correction terhadap audio error tersebut, yaitu klik tombol Analysis - Audio error detection and correction - Detect all errors - Correction all errors. Maka akan tampak seperti gambar di samping ini.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuCo3CrlLlUkTSDLDmZbI9mDNMzblWqTbKv5kkz7C2LDSJ_4UvCkqC1NcgR_Y6dsf9Y7LKVGextny0KGhmTO01NlLSb-2Dnr-ru7r9-zD0ynkfbTVYDU9iITmrXTF3eTTTm6h3S-vf_gM/s1600/simpan-wav.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuCo3CrlLlUkTSDLDmZbI9mDNMzblWqTbKv5kkz7C2LDSJ_4UvCkqC1NcgR_Y6dsf9Y7LKVGextny0KGhmTO01NlLSb-2Dnr-ru7r9-zD0ynkfbTVYDU9iITmrXTF3eTTTm6h3S-vf_gM/s320/simpan-wav.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-size: large;">S</span></b>elanjutnya simpan file kita dengan klik tombol File - Save As dan Setting nama file - Save as type Wav atau MP3 128 kbps. Perlu kiranya diperhatikan, agar hasil mastering ini dapat diperdengarkan lewat media-player atau VCD/DVD player, maka untuk penyimpanan file secara wav-file, gunakanlah setting WAV (PCM)/setting/stereo/44100 Hz/16 bit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selesai sudah proses mastering kita, selamat mencoba semoga berhasil baik</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><u><b>ref :</b></u> http://www.dolananmusik.blogspot.com</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-5537564055492812285.post-14398186298500973012011-02-22T13:18:00.000-08:002011-02-22T13:39:53.239-08:00ABBEY ROADS EMI TG 12410 Mastering Console<h3><a href="http://zesoundsuite.blogspot.com/2010/09/abbey-roads-mastering-engineers-their.html"></a> </h3><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC3HwouHRQwNAZXBMs0D15MzRNrFHnJyLg5HTaepYIWRObJAfdiJ3wgR1Iyt0AIyhq5Q-4nzzssXB_7AxjUcvZ5ImN7E6zEmD_9WksXUKr6mqqvmQs5irkG-bfHJg6ZpvEtYpfdM0p-zg/s1600/EMI+TG-12410+Analogue+transfer+console.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="319" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC3HwouHRQwNAZXBMs0D15MzRNrFHnJyLg5HTaepYIWRObJAfdiJ3wgR1Iyt0AIyhq5Q-4nzzssXB_7AxjUcvZ5ImN7E6zEmD_9WksXUKr6mqqvmQs5irkG-bfHJg6ZpvEtYpfdM0p-zg/s320/EMI+TG-12410+Analogue+transfer+console.jpg" width="320" /></a>Jika kita perhatikan video featureng Mastering at Abbey Roads Studio, terlihat secara sepintas EMI TG 12410 Mastering Console ini dan sedikit penjelasan tentangnya. Mastering console yang diperlihatkan sebagai background dalam video tersebut dikembangkan oleh Abbey Road studio untuk EMI dan masih dipergunakan hingga saat ini (utamanya di room 4, 5, 6 dan 7 Abbey Roads Studio, UK). Kita tidak akan pernah bisa untuk memilikinya, karena alat tersebut merupakan produk home industri dan hanya dipergunakan terbatas pada EMI studio serta tidak diperdagangkan secara komersial. Tidak banyak blog ataupun situs yang membahas perihal spesifikasi alat klasik ini, alat ini pun cukup legendaris karena telah ikut menghantarkan popularitas The Beatles maupun Pink Floyd.<br />
<br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sepintas lalu di dalam alat ini terintegrasi kontrol input (masukan audio), filter dan limiter (EMI TG 12413). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dan, sebagai telah diuraikan di atas, bahwa tidak sembarang studio mixing-mastering yang bisa mempergunakan alat ini (bisa dikatakan limited-edition), karena hanya disa dipergunakan oleh studio EMI sendiri. Informasi tentang mastering console inipun tidak banyak kita jumpai.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyMkB9TaGN-W7fbESRufp0YM3JRcHWYvXHWKzZPLQCLVouJtvm8Gsj0S6nTT18cAmD1DXVgrOo2TAV-pu_KwSh7GGG7bJsXHigqZCDyJBDBYAFzRorIH4hLStz0Bq-KJKbmZEwaFs0B9U/s1600/EMI+TG-12410-b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyMkB9TaGN-W7fbESRufp0YM3JRcHWYvXHWKzZPLQCLVouJtvm8Gsj0S6nTT18cAmD1DXVgrOo2TAV-pu_KwSh7GGG7bJsXHigqZCDyJBDBYAFzRorIH4hLStz0Bq-KJKbmZEwaFs0B9U/s400/EMI+TG-12410-b.jpg" width="331" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal"><table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td height="14" width="0"><br />
</td> </tr>
<tr> <td><br />
</td> <td></td> </tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><h1> </h1><h1> </h1>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03924763479434316048noreply@blogger.com0